Konsep Arsitektur Sunda


Senin, 07 Juli 2014


Filosofi Rumah Sunda, Bagi Masyarakat Sunda rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya  cuaca dimalam hari. Bangunan yang menjadi tempat tinggalnya itu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik semata, mengingat rumah dalam pengertian mereka memiliki makna yang lebih luas.
Dalam bahasa Sunda, rumah berarti imah, sama artinya dengan ‘Bumi’ jika di kemukakan secara halus. Misalnya, “bumina dimana?’ Maksudnya, rumahnya dimana? Akan tetapi, bumi yang dimaksud juga bisa berarti ‘Dunia’ seperti dalam tatanan tatasurya.
dengan pengertian itu, maka rumah bagi masyarakat sunda dianggap bukan hanya sebaai tempat tinggal, namun merupakan bagian konsep kosmologinya sebagaimana tercermin dalam pola pemetaan kampung, bentuk rumah dan pembagian ruang-ruangnya.. untuk  menjaga keseimbangan dalam hidupnya, mereka berkeyakinan bahwa hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos harus tetap harmonis.
Sebagai cerminan dari konsep tersebut maka, tempat tinggal bagi manusia  yang masih hidup bukanlah di dunia bawah, juga bukan di dunia atas karena Dunia atas adalah langit, karena itu rumah bagi tempat tinggal mereka harus berada dalam dunia tengah. Secara konkret pandangan terhadap konsep tersebut kemudian dituangkan dalam tempat tinggal yang berbentuk rumah panggung.
Pada Umumnya Bangunan tradisional sunda di Jawa Barat berbentuk rumah panggung, hampir seluruh bahan bangunannya terbuat dari bahan-bahan lokal yang mudah didapat didaerah setempat, namun seiring dengan perkembangan jaman kini untuk beberapa bagian tertentu terlihat penggunaan bahan seperti Paku, dan kaca untuk daun jendela. Sesuai dengan makna Filosofi Rumah Sunda dan pikukuli leluhurnya, mereka tabu mendirikan bangunan tembok dengan atap genting.
Ciri-ciri bangunan khas arsitektur Sunda
  • Peil ruang dalam selalu lebih tinggi dari halaman
  • Kebanyakan berbentuk rumah Panggung
  • Ada ruang transisi yang berfungsi sebagai teras
  • Inti bangunan terdiri dari satu atu beberapa bentuk simetris
  • Bentuk atap dasar kebanyakan berupa pelana atau limas
  • Banyak di pengaruhi oleh bangunan Jawa
  • Bahan bangunan memanfaatkan bahan alam yang ada di sekitarnya
Dalam arsitektur trasional Sunda, perhatian utama terlihat dari aksen atap yang beragam dengan bentuk yang sangat spesifik, berikut Macam-macam sketsa bentuk atap dalam arsitektur Sunda.

sumber:

0 komentar: