GAYA (style) arsitektur diwakili oleh dua hal.Pertama, yang paling kasat mata adalah arsitekturdalam pengertian formalistik (wujud), bentukan masa, teknik membangun, fungsi-fungsi yang diwadahi,dan kesan keseluruhan karya tersebut.YANG kedua, lebih sulit dikenali, adalah dalam pengertian pra-anggapan, interpretasi dan wacana yang melatari kehadiran wujud arsitektur. Pada tataran ini, ujud “hanya” merupakan hasil dari proses desain. Yang harus diapresiasi adalah bobot pemikiran, curahan emosi, maupun penyaluran kehendak dari si arsitek. Beberapa karya yang dirancang dalam proses dan alur pemikiran yang kurang lebih serupa bisa menjadi pemicu kehadiran “gaya” tertentu.

Secara taksonomis-simplistik, gaya arsitektur dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, gaya arsitektur yang bersifat kultural. Kedua, gaya yang lebih berorientasi pada referensi personal. Dan ketiga, gaya yang tampil sebagai gaya “universal”. Kehadiran ketiga gaya arsitektur tersebut sangat nyata di seluruh belahan dunia dan sangat terkait dengan tarik-menarik kekuatan global versus lokal, homogenitas versus heterogenitas kultur, keterbukaan versus ketertutupan masyarakat terhadap ide baru. Juga tidak kalah pentingnya, tergantung situasi finansial bangsa dan negara.

Taksonomi tersebut sangat simplistik sifatnya, untuk itu jangan dipandang secara kaku. Di dalam gaya arsitektur yang lebih dekat pada referensi kultur tertentu, tetap saja akan ditemui pendekatan personal arsitek di dalamnya yang cukup untuk menghadirkan perbedaan dengan apa yang umum dilakukan. Tetap saja ada pendekatan arsitektur, pencarian yang bisa dikaitkan dengan samudera arsitektur di jagat ini. Arketip Carl Gustav Jung juga berlaku dalam arsitektur. Pada zaman teknologi informasi seperti ini, bahkan tidak mungkin bagi kita untuk secara ketat menerapkan “kemurnian” gaya.

Situasi arsitektur mutakhir Indonesia memperlihatkan beragam gaya muncul di berbagai bagian negeri ini. Secara umum, kita bisa menyaksikan contoh pembagian taksonomis yang diterapkan secara eklektik, terkadang tanpa kesadaran atas “kepantasan” dengan alam negeri yang berbeda dengan alam asal gaya arsitektur tersebut

adapun beberapa gaya (style) arsitektur yang sudah banyak dikenal diantaranya Arsitektur Klasik, Arsitektur Modern, Arsitektur Minimalis dan hingga Arsitektur Hijau (green architecture) yang paling diminati akhir-akhir ini.

1. Gaya Arsitektur Klasik





Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.




Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur rumah ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, pemerintahan,dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.  Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci.


Sejarah

Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.

Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.


Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.



2. Gaya Arsitektur Modern


Arsitektur modern itu timbul karena adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang membuat manusia cenderung untuk sesuatu yang ekonomis, mudah dan bagus. Hal itu dapat dilihat dari adanya penemuan – penemuan seperti dinamit yang memudahkan manusia untuk menggali lubang atau penggunaan mesin yang dapat mempercepat produksi dan menghemat tenaga manusia. Tapi itu semua tidak membuat manusia senang karena penggunaanya yang disalahgunakan, karena dinamit yang mestinya membantu manusia malah mencelakakan manusia, yang memudahkan manusia malah menyulitkan manusia itu sendiri. Berarti apa yang dibuat didalam jaman modern itu belum tentu bagus/masih ada kekurangannya. Dikatakan masih ada kekurangannya karena yang diciptakan manusia itu pada dasarnya tidak ada yang sempurna selain itu penggunaan yang disalah gunakan bisa membuat karya manusia itu berbalik menjatuhkan manusia itu sendiri. 
Arsitektur Modern sebelum Perang Dunia I dimulai dengan adanya pengaruh Art Nouveau yang banyak menampilkan keindahan plastisitas alam, dilanjutkan dengan pengaruh Art Deco yang lebih mengekspresikan kekaguman manusia terhadap kemajuan teknologi. Konsep tersebut kemudian dimanifestasikan ke dalam media arsitektur dan seni, serta gaya hidup. 

Bagian-bagian dalam arsitektur modern adalah :
1. arsitektur modern
2 arsitektur art Nouveau
3 arsitektur brutalist
4. arsitektur konstruksi
5. arsitekturEkspresionist
6. arsitektur futurist
7. arsitektur fungsional
8. gaya internasional
9. gaya organik
10.gaya post modern
11.gaya visionari


Arsitektur modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik serupa, yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen. Pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam abad ke 20 ini.

Asal dan karakteritis arsitektur modern sampai sekarang ini masih di perdebatkan dalam kalangan arsitek.

Beberapa sejarawan melihat perkemabang arsitektur modern sebagai perihal sosial yang kelat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan, suatu hasil dari perkembangan sosial dan politis.

Arsitektur lainnya yang melihat gaya modern sebagai sesuatu yang di kendalikan oleh teknologi dan pengembangan produk dan dengan munculnya bahan-bahan yang dipakai dalam membangun gaya bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan pengetahuan bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidanga Revolusi Industri. Pada tahun 1796, Shrewsbury dengan gaya desainnya ohwis yang ' tahan api', yang mana gaya ini bersandar pada besi cor dan batu bata. Konstruksi seperti itu sangat memperkuat struktur bangunan, yang memungkinkan mereka untuk mengakomodasi banyak mesin yang lebih besar.

Sejarawan lain menghormati pandangan moderen sebagai suatu reaksi melawan terhadap gaya ekletik dan mencurahkan perhatian mereka kepada gaya Jaman Victorian dan gaya Seni Nouveau.

Apapun yang menjadi penyebab pada tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh muka bumi mulai mengembangkan gaya arsitektur mereka beralih dari arsitektur yang klasik ( Gotik sebagai contoh) dengan berbagai kemungkinan teknologi baru. Arsitek Louis Sullivan dan Frank Llyod Wright di Chicago, Viktor Horta di Brussels, Antoni Gaudi di Barselona, Otto Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di Glasgow, dan masih banyak lagi arsitektur modern lainnya berusaha membangun gaya modern pada bangunan dengan meninggalkan gaya lama.


Karakteristik Arsitektur modern pada umumnya adalah :

* Suatu penolakan terhadap gaya lama
* Suatu yang mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil dalam suatu bangunan.
* Suatu yang menyangkut tentang mesin
* Menolak adanya bordiran atau ukiran dalam bangunan.
* Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu.

Beberapa pendapat tentang arsitektur Modern :

o Bentuk mengikuti fungsi ( Form follows function ) yang dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough atau yang lebih dikenal sebagai Louis Sullivan
o Sedikit adalah lebih (Less is more) di umumkan oleh Arsitek Mies van der Rohe.
o Sedikit adalah lebih dan lebih adalah terlalu banyak (Less is more only when more is too much ) yang dikatakan oleh Frank Llyod Wright.
o Sedikit itu membosankan (Less is a bore) yang dicetuskan oleh Robert Venturi, pelopor arsitektur Postmodern sebagai jawaban atas Gaya Internasional yang tidak menarik yang dipopulerkan oleh Mies van der Rohe

Pelopor Arsitektur Modern adalah : Adolf Loos, Alvar Aalto, Frank Lloyd Wright, I. M. Pei, Le Corbusier, Louis Kahn, Louis Sullivan, Ludwig Mies van der Rohe, Oscar Niemeyer, Otto Wagner, Peter and Alison Smithson, Philip Johnson, Ralph Tubbs,Walter Gropius


3. Arsitektur Minimalis



RUMAH minimalis adalah sebuah gaya arsitektur bangunan yang tengah menjadi tren di metropolitan. Karya arsitektur bangunan, termasuk rumah minimalis, merupakan pilihan-pilihan terhadap bentuk arsitektur sebagai akibat budaya. Bukan sekadar latah ikut-ikutan tren.

MINIMALIS adalah pola berpikir, bekerja, dan suatu cara hidup. Sebuah cara pandang baru dalam melihat desain sebagai refleksi cara hidup masyarakat urban yang serba praktis, ringan, efisien, dan penuh kesederhanaan.

Rumah minimalis pun hadir dengan karakter lebih jelas (bentuk dan ruang geometris, sederhana), lebih baik (kokoh), dan lebih kuat dengan ruang- ruang yang kosong (sedikit ornamen dan perabotan). Prinsipnya semakin sederhana, maka kualitas desain, ruang yang ada, dan penyelesaian bidang struktur harus semakin lebih baik. John Pawson yang dianggap sebagai guru “minimalisme” menghadirkan desain rumah yang minim garis, suasana yang hening dan indah.

Namun perlu dicatat terlalu minimalis akan menjadi steril, tunggal rupa, dan cenderung membosankan. Untuk itu perlu dipahami bersama bagaimana pengembangan dasar rumah minimalis dalam konteks budaya masyarakat urban kita.

Apakah bentuk minimal selalu kotak sederhana atau ada bentuk lain? Bentuk rumah minimalis tidak selalu harus kotak sederhana, tetapi juga dapat berbentuk platonik geometri menjadi bagian dari lanskap yang “tiba-tiba” muncul ke atas. Namun, jika rumah tersebut memang hanya diperlukan bentuk kotak, maka bentuk kotak merupakan hasil dari suatu proses kebutuhan fungsi, bukan karena pemaksaan ataupun latah mengikuti tren.

Minimum is ultimate ornament. Minimum menjadi tujuan sekaligus ornamen itu sendiri yang sederhana dan murni (simple and pure). Garis-garis lurus, bidang-bidang datar yang mulus, terkadang kasar, dan pertemuan bidang yang serba siku tegak lurus. Blocking massa, material, pencahayaan, pengulangan, sirkulasi ringkas, optimalisasi multifungsi ruang dan berurut.

Apakah jenis bahan material yang digunakan harus sesedikit mungkin? Pemakaian beragam bahan material seperti kayu, batu bata, batu kali, kaca, beton ekspos, atau baja juga dapat tampil murni. Ekspos dominasi bahan material tertentu akan menghasilkan efek yang berbeda-beda. Desain dan perhitungan struktur yang detail dapat menghemat pemakaian bahan material dengan hasil bangunan tetap optimal.

Penyelesaian mulai dari lantai, dinding, pintu, jendela, lubang angin, skylight, plafon, hingga atap, dengan kombinasi pemakaian bahan secara konsisten. Rangka (beton, baja), dinding (kaca, kayu, beton polos/ekspos, baja, batu kali, batu bata, hebel, batako), pintu dan jendela (kayu, metal), tangga (beton, baja, kayu, fiberglass), skylight (fiberglass), lantai (semen, teraso, keramik, marmer, parquet), plafon (tripleks, gipsum) atau tanpa plafon (beton ekspos, ekspos rangka atap baja, kayu) dan atap (genteng, sirap, baja).

Penggunaan warna-warna cerah (merah, oranye, kuning) pada beberapa bidang ekspos akan memperkuat aksen rumah minimalis dan menjadikannya titik pusat perhatian lingkungan.

APAKAH arsitektur rumah minimalis itu murah karena pemakaian kata minimal?

Apakah membangun rumah minimalis itu harus mahal? Bagi pasangan muda atau eksekutif muda yang mendambakan rumah minimalis sebagai bagian simbol kehidupan metropolis, keterbatasan dana jelas menjadi kendala utama.

Rumah minimalis menekankan bentuk desain yang lugas, polos, sederhana, tidak rumit, kompak, dan efisiensi ruang. Mahal murah suatu bangunan sangat ditentukan oleh pemakaian bahan material yang digunakan dari desain yang diusulkan. Adapun biaya struktur bangunan rumah umumnya memakai harga standar pasaran. Penyelesaian pekerjaan yang rapi dan penuh kehati-hatian menuntut tenaga tukang yang terampil, jeli, dan berpengalaman sehingga membuat biaya tukang di atas harga pasaran.

Kesan minimalis juga tampil pada sikap arsitek, atas persetujuan klien sebagai calon penghuni rumah, untuk “sukarela” mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak penting. Hanya bagian esensial fungsi rumah saja yang tetap dipertahankan sehingga jika rumah tersebut berkesan minimalis, itu hanyalah merupakan hasil dari sebuah proses. Bukan tujuan akhir. Keindahan rumah minimalis secara optimal terjadi dari kemurnian fungsi itu sendiri.

Apakah rumah minimalis nyaman untuk ditempati?

Rumah minimalis jelas akan terasa nyaman untuk ditinggali bagi masyarakat urban yang serba praktis, fungsional, ringan, hemat, dan efisien, karena minimalis adalah pengejawantahan gaya hidup mereka, sesuai dengan kebutuhan fungsi mereka. Simbol gaya hidup metropolis. Sebuah cara hidup sederhana secara total.

Perabotan rumah mengikuti bentuk dasar geometris bangunan, efisien, dan fungsional saja. Penataan cahaya lampu yang cermat dan berseni (lampu sorot, lampu tanam, lampu gantung, lampu taman) membuat rumah minimalis tampak lebih artistik di malam hari.

Rumah minimalis akan terus berkembang seiring dengan kreativitas arsitek, inovasi desain, dan ditunjang kecanggihan teknologi, membuat penampilan rumah minimalis akan selalu hadir dengan terobosan- terobosan baru yang segar, detail yang makin sempurna, dan harga yang semakin terjangkau. Kehadiran rumah minimalis justru menjadi media komunikasi antara arsitektur dan lanskap dengan bentuk kekontrasannya antara alam dan sesuatu buatan manusia (budaya).

Penataan taman bergaya minimalis akan memberikan “roh” kelembutan terhadap kekakuan bentuk bangunan, kekerasan bahan material, dan keselarasan hidup dengan lingkungan teduh sekitar. Kehadiran pepohonan yang rindang, halaman berumput, dan tanaman teduh lainnya memberikan suasana segar dan hidup untuk mengisi “kehampaan” rumah minimalis.

Pada akhirnya nilai keindahan rumah minimalis tidak lagi mengandalkan ornamen dan obyek artifisial, tetapi lebih bermakna kepada sebuah kejujuran bentuk, fungsi, dan penjiwaan ruang yang diciptakan. Maka tak heran jika kemudian rumah minimalis menjadi pilihan masyarakat urban yang merindukan kejujuran, kesederhanaan, dan kepolosannya.



4. Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.


Prinsip Green Architecture

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.


sumber:

https://sites.google.com/site/gayagayaarsitektur/gaya-arsitektur
http://rurucoret.blogspot.com/2008/12/architecture-modern.html
http://selarasdesain.com/desain-exterior/78-desain-arsitektur-klasik.html#.U7o6Qfl_vi0
http://sakalima.com/post/arsitek-rumah-minimalis
http://gospoth.blogspot.com/2013/03/green-architecture.html

0 komentar: